DENPASAR- Mendengkur alias ngorok merupakan kondisi ketika seseorang mengeluarkan suara kasar saat tidur. Hal ini disebabkan, otot-otot mengendur dan mempersempit jalan napas sehingga menyebabkan getaran jaringan di dekat saluran napas. Mendengkur saat tidur tidak selamanya dianggap sebagai hal yang sepele.
Di sebagian sajadah yang digunakan untuk shalat, biasanya didapati gambar-gambar terkhusus gambar Ka'bah dan Masjid Nabawi, maka apa hukumnya? Sepantasnya untuk tidak shalat di atas sajadah tersebut karena berdiri di atas Ka'bah dan menginjaknya merupakan salah satu jenis perendahan. Tidak boleh juga menggambar Ka'bah di atas kasur. Dan sudah sepantasnya orang yang melihatnya agar tidak membeli sajadah yang bergambar Ka'bah. Karena bila gambar tersebut ada dihadapannya, maka akan mengganggunya dan bila dibawah kakinya maka termasuk bentuk perendahan. Sehingga yang lebih hati-hati bagi seorang mukmin agar ia tidak menggunakan sajadah-sajadah yang bergambar ini. WhatsApp Salafy Indonesia Channel Telegram Sumber gambar tokopedia FATWA LAJNAH DAIMAH SAUDI Fatwa Nomor3316 Pertanyaan Kami beritahukan bahwa kami mengalami beberapa kesulitan dan sebagiannya telah mampu kami pecahkan. Masalah kami berkaitan dengan nasihat-nasihat yang biasa kami sampaikan kepada para mualaf. Kami memberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya. Misalnya, baru-baru ini kami menyampaikan nasihat kepada beberapa mualaf tentang fotografi dan patung serta menjelaskan bagaimana hal itu dilarang di tempat-tempat ibadah, sebagaimana dinyatakan dalam hadits. Ketika penutupan, salah satu dari mereka mengajukan pertanyaan yang tidak bisa kami jawab, tetapi kami berjanji akan menjawab pertanyaannya setelahnya menulis atau mengirimkannya kepada Anda. Pertanyaannya mengenai karpet, tempat kami shalat, berisi gambar-gambar singa, macan, dan lain-lainnya. Sang penanya berkata, "Ada gambar-gambar Ka'bah di masjid-masjid. Apakah ini berarti bahwa orang-orang yang shalat di tempat-tempat seperti ini shalatnya tidak diterima?" Kami kirimkan pertanyaan ini kepada Anda karena ini adalah masalah yang di luar kemampuan kami. Jawaban Memotret atau menggambar sesuatu yang memiliki roh seperti manusia atau hewan adalah haram, bahkan termasuk dosa besar, baik gambar tersebut berbentuk tiga dimensi atau warna-warni pada pakaian, kertas, dan dinding maupun tenunan dengan benang warna-warni atau lainnya. Memperoleh dan memeliharanya adalah haram. Shalat di atasnya adalah makruh, bukan haram, karena benda-benda tersebut diremehkan. Hukum ini berlaku jika pemotretan atau penggambarannya tidak diperlukan. Jika diperlukan, seperti untuk identitas, paspor, dan kartu pribadi, maka hukumnya diberi keringanan atau ditolerir. Sementara itu, menggambar/memotret sesuatu yang tidak bernyawa, seperti gunung, sungai, laut, tanaman, pohon, dan rumah, tanpa menampilkan gambar-gambar yang bernyawa di dalamnya atau sekitarnya, maka hukumnya boleh. Shalat di atas gambar tersebut adalah makruh karena dapat memalingkan pikiran orang shalat dan mengurangi kekhusyukannya, tetapi shalatnya tetap sah. Shalat di masjid-masjid yang berisi gambar Ka'bah adalah sah dan tidak ada masalah karena tidak ada alasan pelarangannya. Namun, tidak memajang gambar Ka'bah di masjid-masjid adalah jauh lebih baik. Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam. Al-Lajnah ad-Daimah Lilbuhutsil Ilmiyyah wal Ifta' Ketua Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Wakil Abdurrazzaq 'Afifi Anggota Abdullah bin Ghudayyan Abdullah bin Qu'ud ใ€ฐTEKS ARABใ€ฐ ุญูƒู… ุงู„ุตู„ุงุฉ ููŠ ุงู„ุณุฌุงุฌูŠุฏ ุงู„ุชูŠ ููŠู‡ุง ุตูˆุฑ ุฐูˆุงุช ุงู„ุฃุฑูˆุงุญ ุŒ ุฃูˆ ุตูˆุฑุฉ ุงู„ูƒุนุจุฉ ูˆู‡ุฐุง ุงู„ูุชูˆู‰ ุฑู‚ู… 3316 ุณ ู†ููŠุฏูƒู… ุจุฃู†ู†ุง ู†ูˆุงุฌู‡ ุจุนุถ ุงู„ุตุนูˆุจุงุช ุงุณุชุทุนู†ุง ุฃู† ู†ุญู„ ุจุนุถู‡ุง. ุฅู† ุงู„ู…ุดุงูƒู„ ุนู†ุฏู†ุง ู…ุฑุชุจุทุฉ ุจุงู„ู…ูˆุงุนุธ ุงู„ุชูŠ ู†ู„ู‚ูŠู‡ุง ุนุงุฏุฉ ุจุนุฏ ุงู„ูˆุนุธ ุงู„ุฐูŠ ู†ู‚ุฏู…ู‡ ุฅู„ู‰ ุงู„ู…ุนุชู†ู‚ูŠู† ุงู„ุฌุฏุฏุŒ ู†ุนุทูŠู‡ู… ูุฑุตุฉ ู„ุทุฑุญ ุงู„ุฃุณุฆู„ุฉุŒ ู…ุซู„ู‹ุง ุญุฏุซ ู…ุคุฎุฑู‹ุง ุฃู† ู‚ู…ู†ุง ุจุฅู„ู‚ุงุก ู…ูˆุนุธุฉ ุนู„ู‰ ุจุนุถ ุงู„ู…ุนุชู†ู‚ูŠู† ุงู„ุฌุฏุฏ ู„ู„ุฅุณู„ุงู… ุนู† ุงู„ุชุตูˆูŠุฑ ูˆุงู„ุชู…ุงุซูŠู„ ูˆูƒูŠู ุฃู†ู‡ุง ู…ุญุฑู…ุฉ ููŠ ุฃู…ุงูƒู† ุงู„ุนุจุงุฏุฉ ูƒู…ุง ูˆุฑุฏ ููŠ ุงู„ุญุฏูŠุซุŒ ูˆููŠ ุงู„ุฎุชุงู… ุณุฃู„ ุฃุญุฏู‡ู… ุณุคุงู„ู‹ุง ู„ู… ู†ุณุชุทุน ุงู„ุฅุฌุงุจุฉ ุนู„ูŠู‡ ูˆู„ูƒู†ู†ุง ูˆุนุฏู†ุงู‡ ุจุงู„ุฑุฏ ุนู„ู‰ ุณุคุงู„ู‡ ุจุนุฏ ุฃู† ู†ูƒุชุจ ู„ูƒู…. ูˆูƒุงู† ุณุคุงู„ู‡ ุงู„ุณุฌุงุฌูŠุฏ ุงู„ุชูŠ ู†ุตู„ูŠ ุนู„ูŠู‡ุง ููŠู‡ุง ุชุตุงูˆูŠุฑ ู„ู„ุฃุณูˆุฏ ูˆุงู„ูู‡ูˆุฏ ูˆุบูŠุฑู‡ุง. ูˆู‚ุงู„ ุตุงุญุจ ุงู„ุณุคุงู„ ุฅู† ู‡ู†ุงูƒ ุตูˆุฑู‹ุง ู„ู„ูƒุนุจุฉ ููŠ ุงู„ู…ุณุงุฌุฏุŒ ูู‡ู„ ูŠุนู†ูŠ ู‡ุฐุง ุฃู† ุงู„ุฐูŠู† ูŠุตู„ูˆู† ููŠ ู…ุซู„ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ุงูƒู† ู„ู† ุชู‚ุจู„ ุตู„ูˆุงุชู‡ู…ุŸ ุฅู†ู†ุง ู†ุญูŠู„ ุฅู„ูŠูƒู… ู‡ุฐุง ุงู„ุณุคุงู„ ู„ุฃู†ู‡ ููˆู‚ ุนู„ู…ู†ุง. ุฌ ุชุตูˆูŠุฑ ู…ุง ููŠู‡ ุฑูˆุญ ู…ู† ุฅู†ุณุงู† ุฃูˆ ุญูŠูˆุงู† ุญุฑุงู… ุจู„ ู…ู† ูƒุจุงุฆุฑ ุงู„ุฐู†ูˆุจ ุณูˆุงุก ูƒุงู†ุช ุงู„ุตูˆุฑ ู…ุฌุณู…ุฉ ุฃู… ุฃู„ูˆุงู† ููŠ ู‚ู…ุงุด ุฃูˆ ูˆุฑู‚ ุฃูˆ ุนู„ู‰ ุฌุฏุงุฑ ุฃู… ูƒุงู†ุช ู†ุณูŠุฌู‹ุง ุจุฎูŠูˆุท ู…ู„ูˆู†ุฉ ุฃู… ุบูŠุฑ ุฐู„ูƒุŒ ูˆุงู‚ุชู†ุงุคู‡ุง ูˆุงู„ุฅุจู‚ุงุก ุนู„ูŠู‡ุง ุญุฑุงู… ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ุนู„ูŠู‡ุง ู…ูƒุฑูˆู‡ุฉ ู„ุง ู…ุญุฑู…ุฉุŒ ู„ุฃู†ู‡ุง ู…ู…ุชู‡ู†ุฉ ู‡ุฐุง ุฅุฐุง ูƒุงู† ุชุตูˆูŠุฑู‡ุง ู„ุบูŠุฑ ุถุฑูˆุฑุฉ ุฃู…ุง ุฅุฐุง ูƒุงู† ู„ุถุฑูˆุฑุฉ ูƒุงู„ุชุตูˆูŠุฑ ู„ุชุงุจุนูŠุฉ ุฃูˆ ุฌูˆุงุฒ ุณูุฑ ุฃูˆ ุจุทุงู‚ุฉ ุดุฎุตูŠุฉ ุฃูˆ ู†ุญูˆ ุฐู„ูƒ ููŠุฑุฎุต ููŠู‡ุŒ ูˆุฃู…ุง ุชุตูˆูŠุฑ ู…ุง ู„ูŠุณ ููŠู‡ ุฑูˆุญ ู…ู† ุฌุจุงู„ ูˆุฃู†ู‡ุงุฑ ูˆุจุญุงุฑ ูˆุฒุฑุน ูˆุฃุดุฌุงุฑ ูˆุจูŠูˆุช ูˆู†ุญูˆ ุฐู„ูƒ ุฏูˆู† ุฃู† ูŠุธู‡ุฑ ููŠู‡ุง ุฃูˆ ุญูˆู„ู‡ุง ุตูˆุฑ ุฃุญูŠุงุก ูุฌุงุฆุฒุŒ ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ุนู„ูŠู‡ุง ู…ูƒุฑูˆู‡ุฉ ู„ุดุบู„ู‡ุง ุจุงู„ ุงู„ู…ุตู„ูŠ ูˆุฐู‡ุงุจู‡ุง ุจุดูŠุก ู…ู† ุฎุดูˆุนู‡ ููŠ ุตู„ุงุชู‡ุŒ ูˆู„ูƒู†ู‡ุง ุตุญูŠุญุฉ. ูˆุฃู…ุง ุฃุฏุงุก ุงู„ุตู„ุงุฉ ููŠ ุงู„ู…ุณุงุฌุฏ ุงู„ุชูŠ ููŠู‡ุง ุตูˆุฑุฉ ุงู„ูƒุนุจุฉ ูุตุญูŠุญุฉ ูˆู„ุง ุญุฑุฌ ููŠู‡ุงุŒ ู„ุนุฏู… ูˆุฌูˆุฏ ู…ุง ูŠู‚ุชุถูŠ ุงู„ู…ู†ุนุŒ ู„ูƒู† ุชุฑูƒ ูˆุถุน ุตูˆุฑ ุงู„ูƒุนุจุฉ ููŠ ุงู„ู…ุณุงุฌุฏ ุฃูˆู„ู‰. ูˆุจุงู„ู„ู‡ ุงู„ุชูˆููŠู‚ ูˆุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุณู„ู…. ุงู„ู„ุฌู†ุฉ ุงู„ุฏุงุฆู…ุฉ ู„ู„ุจุญูˆุซ ุงู„ุนู„ู…ูŠุฉ ูˆุงู„ุฅูุชุงุก ุนุถูˆ // ุนุถูˆ // ู†ุงุฆุจ ุฑุฆูŠุณ ุงู„ู„ุฌู†ุฉ // ุงู„ุฑุฆูŠุณ // ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ู‚ุนูˆุฏ // ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ุบุฏูŠุงู† // ุนุจุฏ ุงู„ุฑุฒุงู‚ ุนููŠููŠ // ุนุจุฏ ุงู„ุนุฒูŠุฒ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ุจุงุฒ WhatsApp Al-Ukhuwwah Sumber gambar Pixabay HUKUM SHOLAT DIATAS SAJADAH YANG ADA GAMBAR KA'BAH DAN MASJID ุญูƒู… ุงู„ุตู„ุงุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ุณุฌุงุฏุฉ ุงู„ุชู‰ ููŠู‡ุง ุตูˆุฑุฉ ุงู„ูƒุนุจุฉ ูˆ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ ... ู„ูุถูŠู„ุฉ ุงู„ุดูŠุฎ ุงุจู† ุจุงุฒ -ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ูŠู‚ูˆู„ โ” ูŠูˆุฌุฏ ุนู„ู‰ ุจุนุถ ุงู„ุณุฌุงุฏุงุช ุงู„ุชู‰ ู†ุตู„ู‰ ุนู„ูŠู‡ุง ุตูˆุฑ ุฎุงุตุฉุจุงู„ูƒุนุจุฉ ูˆุงู„ู…ุณุฌุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ ุ› ูู…ุง ุงู„ุญูƒู…ุŸ ๐Ÿ“ฉ ุงู„ุฌูˆุงุจ ูŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ู„ุง ูŠุตู„ู‰ ุนู„ูŠู‡ุง ู„ุฃู† ุงู„ูˆู‚ู ุนู„ู‰ ุงู„ูƒุนุจุฉ ูˆุงู„ูˆุทุฆ ุนู„ูŠู‡ุง ู†ูˆุน ู…ู† ุงู„ุฅู‡ุงู†ุฉ ุŒ ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ุชุตูˆูŠุฑ ุงู„ูƒุนุจุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ูุฑุด ุŒ ูˆูŠู†ุจุบูŠ ู„ู…ู† ุฑุขู‡ุง ุฃู† ู„ุง ูŠุดุชุฑูŠ ุงู„ุณุฌุงุฏ ุงู„ุชู‰ ุนู„ูŠู‡ุง ุตูˆุฑ ุงู„ูƒุนุจุฉ ู„ุฃู†ู‡ุง ุฅู† ูƒุงู†ุช ุฃู…ุงู…ู‡ ู„ุง ุชุดูˆุด ุนู„ูŠู‡ ูˆุฅู† ูƒุงู†ุช ุชุญุช ุฑุฌู„ูŠู‡ ููŠู‡ ู†ูˆุน ู…ู† ุงู„ุฅู‡ุงู†ุฉ ูุงู„ุฃุญูˆุท ู„ู„ู…ุคู…ู† ุฃู† ู„ุง ูŠุณุชุนู…ู„ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุณุฌุงุฏุงุช. _________________________ P E R T A N Y A A N Didapati pada sebagian sajadah yang kami buat shalat padanya terdapat gambar ka'bah dan masjid Nabawi, maka bagaimana hukumnya โ”โ“ J A W A B A N As-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah ta'ala mengatakan "Seyogyanya tidak shalat di atasnya karena berdiri di atas gambar ka'bah dan menginjak di atasnya merupakan bentuk dari penghinaan Tidak boleh menggambar ka'bah di atas permadani, dan seyogyanya bagi yang melihatnya untuk tidak membeli sajadah yang terdapat gambar ka'bah, dikarenakan bila berada di depannya akan memberi was-was padanya ketika shalat, dan bila di bawah kedua kakinya merupakan bentuk penghinaan. Yang lebih selamat bagi mukmin untuk tidak menggunakan sajadah tersebut." FIK Sumber gambar Pixabay BOLEHKAH MENGGUNAKAN SAJADAH BERGAMBAR KAโ€™BAH Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah Penanya Sebagian manusia mengatakan bahwa tidak boleh duduk di sajadah, karena padanya terdapat gambar Kaโ€™bah. Apakah pernyataan tersebut benar? Jabawan Asy-Syaikh Hal ini tidak masalah, jadi tidak mengapa bagimu untuk meletakkan sajadah dan duduk di atasnya, walaupun padanya terdapat gambar Kaโ€™bah atau gambar makam Nabi shallallahu alaihi was sallam. Karena orang yang duduk di atasnya tidak bermaksud untuk menghinakan Kaโ€™bah atau makam Nabi shallallahu alaihi was sallam. Dan yang terdapat pada sajadah tersebut hakekatnya bukanlah Kaโ€™bah atau makam Nabi shallallahu alaihi was sallam yang sesungguhnya. Sumber artikel Fataawa Nuurun Alad Darb, 11/105 no. 5662 Alih bahasa Abu Almass Jumโ€™at, 18 Jumaadats Tsaniyah 1435 H sumber JAWABAN Seperti diuraikan dalam topik Mimpi dalam Islam bahwa mimpi itu umumnya berasal dari syaitan atau perkara yang menjadi fikiran sebelum tidur. Karena itu, secara umum saya ingin siapapun yang bermimpi agar tidak terlalu kkawatir tentang mimpinya. Memang ada mimpi yang benar yaitu mimpi yang berasal dari Allah.
BOLEHKAH MENGGUNAKAN SAJADAH BERGAMBAR KAโ€™BAH Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah Penanya Sebagian manusia mengatakan bahwa tidak boleh duduk di sajadah, karena padanya terdapat gambar Kaโ€™bah. Apakah pernyataan tersebut benar? Asy-Syaikh Hal ini tidak masalah, jadi tidak mengapa bagimu untuk meletakkan sajadah dan duduk di atasnya, walaupun padanya terdapat gambar Kaโ€™bah atau gambar makam Nabi shallallahu alaihi was sallam. Karena orang yang duduk di atasnya tidak bermaksud untuk menghinakan Kaโ€™bah atau makam Nabi shallallahu alaihi was sallam. Dan yang terdapat pada sajadah tersebut hakekatnya bukanlah Kaโ€™bah atau makam Nabi shallallahu alaihi was sallam yang sesungguhnya. Sumber artikel Fataawa Nuurun Alad Darb, 11/105 no. 5662 * Alih bahasa Abu Almass Jumโ€™at, 18 Jumaadats Tsaniyah 1435 H
Berkenaandengan pertanyaan di atas, kami memandang bahwa shalat dengan menggunakan sarung, baju koko, baju biasa, selama pakaian-pakaian tersebut suci dari najis, bisa menutup aurat, tidak bercorak (berupa tulisan, gambar), maka itu diperbolehkan. Karena dalam agama kita, tidak ada ketentuan yang menentukan jenis baju tertentu dalam shalat.
๏ปฟPertanyaan Izin bertanya ustadz, bolehkah seseorang shalat dengan beralaskan sajadah? Apakah itu termasuk bidโ€™ah? Mohon penjelasannya. Jawaban Alhamdulillahi rabbil alamin, ash-shalatu was salamu ala nabiyyina Muhammadin wa ala alihi wa shahbihi ajmaโ€™in. Amma baโ€™du. Shalat beralaskan sajadah atau tikar atau semisalnya, hukum asalnya boleh. Ini pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam hadits dari Maimunah radhiyallahu anha, ia berkata ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ูู‘ูŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฎูู…ู’ุฑูŽุฉู โ€œRasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa shalat di atas khumrah sejenis kain.โ€ HR. al-Bukhari Muslim no. 513 Asy-Syaukani rahimahullah menjelaskan hadits ini ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซู ูŠูŽุฏูู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู„ุง ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุจูุงู„ุตูŽู‘ู„ุงุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุณูŽู‘ุฌูŽู‘ุงุฏูŽุฉู ุณูŽูˆูŽุงุกูŒ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุฎูุฑูŽู‚ู ุฃูŽูˆู’ ุงู„ู’ุฎููˆุตู ุฃูŽูˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุฐูŽู„ููƒูŽ , ุณูŽูˆูŽุงุกูŒ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุตูŽุบููŠุฑูŽุฉู‹ ุฃูŽูˆู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ูƒูŽุจููŠุฑูŽุฉู‹ ูƒูŽุงู„ู’ุญูŽุตููŠุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุจูุณูŽุงุทู ู„ูู…ูŽุง ุซูŽุจูŽุชูŽ ู…ูู†ู’ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽุตููŠุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุจูุณูŽุงุทู ูˆูŽุงู„ู’ููŽุฑู’ูˆูŽุฉู โ€œHadits ini menunjukkan bolehnya shalat di atas sajadah. Baik sajadah tersebut terbuat dari kain, atau anyaman, atau yang lainnya. Baik ukurannya kecil ataupun besar seperti tikar atau permadani. Dan terdapat hadits shahih tentang shalatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam di atas tikar dan permadani serta karpet dari kulit.โ€ Nailul Authar, 2/139 Namun hendaknya sajadah yang dipakai tidak ada gambar makhluk bernyawa atau gambar yang dapat mengganggu kekhusyukan. Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts wal Iftaโ€™ menjelaskan ูˆุฃู…ุง ุชุตูˆูŠุฑ ู…ุง ู„ูŠุณ ููŠู‡ ุฑูˆุญ ู…ู† ุฌุจุงู„ ูˆุฃู†ู‡ุงุฑ ูˆุจุญุงุฑ ูˆุฒุฑุน ูˆุฃุดุฌุงุฑ ูˆุจูŠูˆุช ูˆู†ุญูˆ ุฐู„ูƒ ุฏูˆู† ุฃู† ูŠุธู‡ุฑ ููŠู‡ุง ุฃูˆ ุญูˆู„ู‡ุง ุตูˆุฑ ุฃุญูŠุงุก ูุฌุงุฆุฒ ุŒ ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ุนู„ูŠู‡ุง ู…ูƒุฑูˆู‡ุฉ ู„ุดุบู„ู‡ุง ุจุงู„ ุงู„ู…ุตู„ูŠ ุŒ ูˆุฐู‡ุงุจู‡ุง ุจุดูŠุก ู…ู† ุฎุดูˆุนู‡ ููŠ ุตู„ุงุชู‡ ุŒ ูˆู„ูƒู†ู‡ุง ุตุญูŠุญุฉ โ€œAdapun gambar-gambar yang tidak bernyawa pada sajadah, seperti gambar gunung, sungai, laut, tumbuhan, pohon, rumah, atau semisalnya, yang tidak ada sama sekali gambar makhluk bernyawanya, ini gambar yang dibolehkan. Namun shalat di atas kain tersebut, hukumnya makruh, karena dapat menyibukkan pikiran orang yang shalat dan mengganggu kekhusyukannya dalam shalat. Namun shalatnya tetap sah.โ€ Fatawa al-Lajnah, 6/180 Shalat menggunakan sajadah juga jangan sampai membuat enggan untuk merapatkan shaf dan membuat shaf menjadi renggang. Karena dalam hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda ุฃู‚ููŠู…ููˆุง ุตููููˆููŽูƒูู…ู’ุŒ ูˆุชูŽุฑูŽุงุตูู‘ูˆุงุŒ ูุฅู†ูู‘ูŠ ุฃุฑูŽุงูƒูู…ู’ ู…ูู† ูˆุฑูŽุงุกู ุธูŽู‡ู’ุฑููŠ โ€œLuruskan shaf kalian dan hendaknya kalian saling menempel, karena aku melihat kalian dari balik punggungku.โ€ HR. al-Bukhari Dalam riwayat lain, terdapat penjelasan dari perkataan dari Anas bin Malik, ูˆูƒุงู†ูŽ ุฃุญูŽุฏูู†ูŽุง ูŠูู„ู’ุฒูู‚ู ู…ูŽู†ู’ูƒูุจูŽู‡ู ุจู…ูŽู†ู’ูƒูุจู ุตูŽุงุญูุจูู‡ูุŒ ูˆู‚ูŽุฏูŽู…ูŽู‡ู ุจู‚ูŽุฏูŽู…ูู‡ู โ€œSetiap orang dari kami para sahabat, merapatkan pundak kami dengan pundak sebelahnya, dan merapatkan kaki kami dengan kaki sebelahnya.โ€ HR. al-Bukhari Walaupun menggunakan sajadah, hendaknya tetap berusaha menempelkan kaki dengan kaki orang di sebelahnya, serta pundak dengan pundak di sebelahnya. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu โ€™anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda ุฃู‚ูŠู…ูˆุง ุงู„ุตููˆู ูˆุญุงุฐูˆุง ุจูŠู† ุงู„ู…ู†ุงูƒุจ ูˆุณุฏูˆุง ุงู„ุฎู„ู„ ูˆู„ูŠู†ูˆุง ุจุฃูŠุฏูŠ ุฅุฎูˆุงู†ูƒู… ุŒ ูˆู„ุง ุชุฐุฑูˆุง ูุฑุฌุงุช ู„ู„ุดูŠุทุงู† ูˆู…ู† ูˆุตู„ ุตูุง ูˆุตู„ู‡ ุงู„ู„ู‡ ูˆู…ู† ู‚ุทุน ุตูุง ู‚ุทุนู‡ ุงู„ู„ู‡ โ€œLuruskan shaf dan luruskan pundak-pundak serta tutuplah celah. Namun berlemah lembutlah terhadap saudaramu. Dan jangan kalian biarkan ada celah untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf, Allah akan menyambungnya. Barang siapa yang memutus shaf, Allah akan memutusnya.โ€ HR. Abu Daud no. 666, dishahihkan al-Albani dalam Shahih Abu Daud Ini adalah pendapat yang dikuatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah. Dalam Shahih-nya, membuat judul bab ุจูŽุงุจ ุฅูู„ู’ุฒูŽุงู‚ู ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ูƒูุจู ุจูุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ูƒูุจู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽู…ู ุจูุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽู…ู ูููŠ ุงู„ุตูŽู‘ููู‘ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูู‘ุนู’ู…ูŽุงู†ู ุจู’ู†ู ุจูŽุดููŠุฑู ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ูŽ ู…ูู†ูŽู‘ุง ูŠูู„ู’ุฒูู‚ู ูƒูŽุนู’ุจูŽู‡ู ุจููƒูŽุนู’ุจู ุตูŽุงุญูุจูู‡ู โ€œBab menempelkan pundak dengan pundak dan kaki dengan kaki dalam shaf. An-Nuโ€™man bin Basyir berkata aku melihat seorang di antara kami menempelkan pundaknya dengan pundak sahabatnya.โ€ Sebagian ulama mengatakan maksud dari hadits-hadits ini bukanlah menempel secara lahiriah, namun maksudnya adalah berusaha agar tidak ada celah di antara jamaโ€™ah. Sehingga tidak harus benar-benar menempel. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan ูˆู„ูƒู† ุงู„ู…ุฑุงุฏ ุจุงู„ุชูŽู‘ุฑุงุตูู‘ ุฃู† ู„ุง ูŠูŽุฏูŽุนููˆุง ููุฑูŽุฌุงู‹ ู„ู„ุดูŠุงุทูŠู† ุŒ ูˆู„ูŠุณ ุงู„ู…ุฑุงุฏ ุจุงู„ุชูŽู‘ุฑุงุต ุงู„ุชูŽู‘ุฒุงุญู… ุ› ู„ุฃู† ู‡ู†ุงูƒ ููŽุฑู’ู‚ุงู‹ ุจูŠู† ุงู„ุชูŽู‘ุฑุงุตูู‘ ูˆุงู„ุชูŽู‘ุฒุงุญู… โ€ฆ ู„ุง ูŠูƒูˆู† ุจูŠู†ูƒู… ููุฑูŽุฌ ุชุฏุฎู„ ู…ู†ู‡ุง ุงู„ุดูŠุงุทูŠู† ุ› ู„ุฃู† ุงู„ุดูŠุงุทููŠู† ูŠุฏุฎู„ูˆู† ุจูŠู† ุงู„ุตูู‘ููˆูู ูƒุฃูˆู„ุงุฏ ุงู„ุถุฃู† ุงู„ุตูู‘ุบุงุฑู ุ› ู…ู† ุฃุฌู„ ุฃู† ูŠูุดูˆูู‘ุดูˆุง ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุตู„ูŠู† ุตู„ุงุชูŽู‡ู… โ€œNamun yang dimaksud dengan merapatkan adalah hendaknya tidak membiarkan ada celah untuk setan. Namun maksudnya rapat yang sangat rapat. Karena ada perbedaan antara at-tarash merapatkan dan at-tazahum rapat yang sangat rapat โ€ฆ maka hendaknya tidak membiarkan ada celah yang bisa membuat setan masuk. Karena setan biasa masuk ke shaf-shaf, berupa anak kambing yang kecil, sehingga bisa membuat shalat terganggu.โ€ Asy-Syarhul Mumthiโ€™, 7/3-13 Ringkasnya, walaupun menggunakan sajadah, tetaplah berusaha menempelkan kaki dan pundak sebisa mungkin sebagaimana ditunjukkan oleh zahir hadits. Karena itu lebih sempurna dan lebih utama. Wallahu aโ€™lam, semoga Allah taโ€™ala memberi taufik. *** Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !! Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. REKENING DONASI BANK SYARIAH YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI 451 ๐Ÿ” Muttafaq Alaih Adalah, Doa Penjinak Wanita, Doa Minum Air Zam Zam Sesuai Sunnah, Sunah Sebelum Sholat Idul Adha, Bersentuhan Membatalkan Wudhu, Doa Kelancaran Melahirkan, Nama2 Surat Dalam Alquran KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28 Karenaitu boleh sujud pada ubin bangunan, sajadah, meja, atau sejenisnya sebab semua benda tersebut tidak dikategorikan sebagai benda yang dibawa oleh orang yang shalat. Berbeda halnya ketika seseorang sujud pada selendang yang ia kenakan di bahunya, lalu ketika sujud, selendangnya dijadikan objek dalam melaksanakan sujud.
Sebagai seorang muslim, masjid adalah tempat yang sering kita datangi. Belakangan ini, aturan Dilarang Tidur di Dalam Masjidโ€™ kerap kita jumpai di sekian masjid. Bagaimana bisa aturan ini dibuat? Aturan ini diputuskan sepihak oleh pengurus sebagian masjid bahkan oleh oknum pengurus. Aturan ini sulit diabaikan, lebih-lebih dilanggar karena aturan ini tercetak di atas kertas folio dengan huruf besar-besar dan tebal, yang dilekatkan hampir di tiap kaca-kaca bagian belakang masjid memang bermaksud baik dengan kebijakan itu seperti menjaga kebersihan dan keheningan masjid dari liur atau dengkuran yang ditimbulkan orang yang tidur, atau menghindari pencuri microfon atau ampli, mesin elektronik pengeras suara yang berpura-pura tidur. Tetapi sumber hukum larangan tersebut patut ditelaah lebih lanjut. Kalau ditinjau dari segi fiqh sebenarnya, โ€œTak masalah tidur di masjid bagi orang yang tidak junub meskipun dia telah berkeluarga. Sejarah mencatat bahwa Ash-habus Shuffah โ€“mereka adalah para sahabat yang zuhud, fakir dan perantauโ€“ tidur bahkan tinggal di masjid pada zaman Rasulullah SAW. Tentu saja haram hukumnya jika tidur mereka mempersempit ruang gerak orang yang sembahyang. Ketika itu, kita wajib menegurnya. Disunahkan pula menegur orang yang tidur di saf pertama atau di depan orang yang tengah sembahyang,โ€ [M. Nawawi bin Umar al-Bantani al-Jawi, Syarh Kasyifatus Saja ala Matni Safinatin Naja Surabaya Maktabah Ahmad bin Saad bin Nabhan wa Auladih, tanpa tahun Hal. 29]. Pandangan fiqh di atas merupakan bagian dari sejarah kemanusiaan Rasulullah SAW. Jangankan untuk sekadar tidur lepas penat dalam hitungan jam di siang hari bagi pekerja atau di malam hari bagi pelancong? Bahkan untuk jangka yang tak terbatas sekalipun, agama memberikan toleransi untuk mereka seperti perlakuan Rasulullah terhadap Ash-habus Shuffah. Jadi larangan tidur di masjid dimungkinkan hanya sejauh yang bersangkutan memiliki hadats besar atau mengganggu ruang gerak orang sembahyang yang menelan hanya 75cm x 1 meter. Ukuran ini bagi orang Indonesia sudah cukup leluasa untuk melakukan sembahyang. Larangan bisa saja dibelakukan dengan catatan pengurus masjid menyediakan ruang lain di masjid yang dapat digunakan untuk istirahat. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan pengurus masjid, tidak menyurutkan langkah dakwah Ulil AbsharPenulis Alhafidz Kurniawan
Jakarta-. Rasulullah SAW diriwayatkan dalam sejumlah hadits senantiasa membaca Surah As Sajdah setiap Jumat pagi dan sebelum tidur. Hadits pertama diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
Pertanyaan ุงูŽู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ู‡ู ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู‡ู Apakah mamakai sajadah sebagai alas ketika sholat ada hukumnya ? ุฌูŽุฒูŽุงูƒ ุงู„ู„ู‡ู ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง Dari Rahmat di Temanggung jateng Anggota Grup WA Bimbingan Islam N06-G42 Jawaban ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡ Apabila masjid sudah bersih atau sudah memakai tikar, karpet, atau permadani, dan tidak ada hajat untuk memakai sejadah maka anda tidak perlu untuk memakai sejadah. Dan diperbolehkan untuk memakai sejadah apabila dibutuhkan, seperti karena tempat yang kotor, berdebu, berair, dan lain-lain. Para Shahabat Rasลซlullฤh shallallฤhu alayhi wa sallam yang shalat bersama beliau dalam cuaca panas yang berat, dan tidak mampu untuk mencecahkan dahinya di tanah, maka ia membentangkan kainnya, lalu sujud di atas kain tersebut. Rasลซlullฤh shallallฤhu alayhi wa sallam terkadang shalat di atas kain, tikar, dan terkadang shalat di atas tanah. Referensi Shifat shalat Nabi karya Syeikh Al Albani Bab sujud di atas tanah dan tikar Konsultasi Bimbingan Islam Ustadz Muhammad Romelan, Lc. Read Next 7 hours ago Apa Bidah Bacaan Shadaqallahul Adziim? Inilah Faktanya! 9 hours ago Penggunaan Uang Infaq Tidak Sesuai, Apa Bisa Ditoleransi? 3 days ago Betulkah Sikap Menyembunyikan Ilmu Karena Minim Ilmu? 3 days ago Sudah Mandi Junub Tapi Masih Ada Kotoran Di Kuku 3 days ago Alasan Ini Menjadikan Belajar Ilmu Duniawi Fardhu Khifayah 4 days ago Suami Tidak Kasih Nafkah, Apa Boleh Istri Nikah Lagi? 4 days ago Bertemu Orang Meninggal Dalam Mimpi, Pertanda Apa? 4 days ago Mengikhlaskan Niat Itu Mensucikan Hati Dari Niat Yang Salah? 5 days ago Maksud Menuntut Ilmu Jangan Pelajari Secara Bersamaan 5 days ago 8 Urutan Wali Nikah Seorang Janda Dalam Islam
ApakahAir Liur & Bulu Kucing Itu Najis? Simak Penjelasan Ustaz Abdul Somad & Buya Yahya Berikut. TRIBUNPALU.COM - Kucing menjadi hewan peliharaan yangs ering dijumpai di lingkungan sekitar.. Tak jarang juga kucing peliharaan berada di tempat-tempat khusus, misalnya saja tidur di atas sajadah salat.
Tidur adalah sebagian rutinitas yang dilakukan oleh manusia setiap harinya. Allah dalam Al-Qurโ€™an berfirman ูˆูŽู…ูู†ู’ ุขูŠูŽุงุชูู‡ู ู…ูŽู†ูŽุงู…ููƒูู…ู’ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ูˆูŽุงุจู’ุชูุบูŽุงุคููƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ ููŽุถู’ู„ูู‡ู ุฅูู†ู‘ูŽ ูููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูŽุขูŠุงุชู ู„ูู‚ูŽูˆู’ู…ู ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนููˆู†ูŽ โ€œDan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidurmu di waktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkanโ€ QS Ar Rum 23. Sebagai seorang Muslim, tentu kita menginginkan agar segala perbuatan yang kita lakukan setiap hari dapat sesuai dengan tuntunan dan anjuran syaraโ€™, termasuk mengenai posisi tidur yang dianjurkan oleh syaraโ€™. Mengenai posisi tidur, Rasulullah memberikan penjelasan secara khusus dalam salah satu haditsnya ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชูŽ ู…ูŽุถู’ุฌูŽุนูŽูƒูŽ ููŽุชูŽูˆูŽุถูŽุฃู’ ูˆูุถููˆุกูŽูƒูŽ ู„ู„ุตูŽู„ุงุฉูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุงุถู’ุทู‘ูŽุฌูุนู’ ุนู„ู‰ ุดูู‚ู‘ููƒูŽ ุงู„ุฃูŽูŠู’ู…ูŽู†ู โ€œJika engkau hendak menuju tempat tidurmu untuk tidur, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlahlah di rusukmu bagian tubuhmu sebelah kananโ€ HR al-Bukhari dan Muslim. Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim menegaskan bahwa dianjurkannya tidur dengan bertumpu pada tubuh bagian kanan adalah karena Rasulullah menyukai untuk melakukan segala hal yang baik dengan bagian kanan, seperti makan dengan tangan kanan, membasuh anggota wudhu dimulai dari bagian kanan, mengisi shaf dianjurkan untuk mendahulukan bagian kanan, dan beberapa anjuran-anjuran lainnya. Selain itu, tidur dengan bertumpu pada bagian kanan dianggap lebih cepat untuk bangun, sehingga tidak sulit tatkala hendak dibangunkan oleh orang lain Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, juz 17, hal. 32. Selain bertumpu pada bagian kanan tubuh, tidur juga dianjurkan untuk menghadap kiblat, sebab cara demikian adalah tidur yang dilakukan oleh Rasulullah. Artinya, melakukannya tergolong sebagai sebuah kesunnahan. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah dijelaskan ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู‡ ูˆุณูŽู„ู‘ูŽู… ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ุจูููุฑูŽุงุดูู‡ู ููŽูŠููู’ุฑูŽุดู ู„ูŽู‡ูุŒ ููŽูŠูŽุณู’ุชูŽู‚ู’ุจูู„ู ุงู„ู’ู‚ูุจู’ู„ูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุขูˆูŽู‰ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุชูŽูˆูŽุณู‘ูŽุฏูŽ ูƒูŽูู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ูŠูู…ู’ู†ูŽู‰ โ€œRasulullah memerintahkan Aisyah untuk menyiapkan tempat tidurnya. Tempat tidurnya pun disiapkan, lalu Rasulullah menghadap kiblat. Dan apabila beliau merebahkan diri di atasnya, beliau jadikan telapak tangan kanannya sebagai bantalโ€ HR Abu Yaโ€™la. Tidur dengan menghadap kiblat, seperti dalam hadits di atas dapat digambarkan dengan dua cara. Seperti yang dijelaskan oleh Imam Nawawi Banten berikut ูุฅุฐุง ุฃุฑุฏุช ุงู„ู†ูˆู… ูุงุจุณุท ูุฑุงุดูƒ ู…ุณุชู‚ุจู„ ุงู„ู‚ุจู„ุฉ ูˆุงู„ุงุณุชู‚ุจุงู„ ุนู„ู‰ ุถุฑุจู€ูŠู† ุฃุญุฏู‡ู…ุง ุงุณุชู‚ุจุงู„ ุงู„ู…ุญุชุถุฑุŒ ูˆู‡ูˆ ุงู„ู…ุณุชู„ู‚ูŠ ุนู„ู‰ ู‚ูุงู‡ุŒ ูุงุณุชู‚ุจุงู„ู‡ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ูˆุฌู‡ู‡ ูˆุฃุฎู…ุตุงู‡ ุฅู„ู‰ ุงู„ู‚ุจู„ุฉุŒ ูˆู‡ุฐุง ุงู„ุงุณุชู„ู‚ุงุก ู…ุจุงุญ ู„ู„ุฑุฌุงู„ุŒ ูˆู…ูƒุฑูˆู‡ ู„ู„ู†ุณุงุกุŒ ูˆุซุงู†ูŠู‡ู…ุง ูˆู‡ูˆ ุณู†ุฉ ู…ุง ุฐูƒุฑู‡ ุจู‚ูˆู„ู‡ ูˆู†ู… ุนู„ู‰ ูŠู…ูŠู†ูƒ ูƒู…ุง ูŠุถุฌุน ุงู„ู…ูŠุช ููŠ ู„ุญุฏู‡ ูˆูŠูƒูˆู† ูˆุฌู‡ูƒ ู…ุน ู‚ุจุงู„ุฉ ุจุฏู†ูƒ ุฅู„ู‰ ุงู„ู‚ุจู„ุฉ ูˆุฃู…ุง ุงู„ู†ูˆู… ุนู„ู‰ ุงู„ูˆุฌูˆู‡ุŒ ูู‡ูˆ ู†ูˆู… ุงู„ุดูŠุงุทูŠู†ุŒ ูˆู‡ูˆ ู…ูƒุฑูˆู‡ ูˆุฃู…ุง ุงู„ู†ูˆู… ุนู„ู‰ ุงู„ูŠุณุงุฑุŒ ูู‡ูˆ ู…ุณุชุญุจ ุนู†ุฏ ุงู„ุฃุทุจุงุก ู„ุฃู†ู‡ ูŠุณุฑุน ู‡ุถู… ุงู„ุทุนุงู… โ€œJika engkau akan tidur, maka gelarlah tempat tidurmu dengan menghadap kiblat. Tidur dengan menghadap kiblat ada dua cara. Pertama, istiqbal muhtadhar yakni dengan cara terlentang atas tengkuk kepala, wajah dan kedua lekuk kaki dihadapkan pada kiblat. Cara tidur demikian mubah dilakukan bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita hukumnya makruh. Kedua, cara ini adalah cara tidur yang sunnah untuk dilakukan, yakni tidurlah dengan bertumpu pada tubuh bagian kanan sebagaimana posisi orang yang meninggal di liang lahadnya. Tidur dengan cara ini adalah dengan menghadapkan wajah dan bagian depan tubuh pada arah kiblat. Tidur dengan bertumpu pada wajah tengkurap adalah cara tidurnya setan. Tidur dengan cara demikian adalah makruh hukumnya. Sedangkan tidur dengan bertumpu pada bagian kiri tubuh adalah hal yang dianjurkan oleh para dokter, sebab tidur dengan cara demikian lebih cepat dalam mencernakan makananโ€ Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, Maraqi al-โ€™Ubudiyah, hal. 43. Dari dua cara tidur dengan menghadap kiblat dalam referensi di atas, tentu yang paling utama adalah cara kedua, yakni tidur dengan bertumpu pada bagian kanan dengan menghadapkan wajah dan bagian depan tubuh pada arah kiblat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa posisi tidur yang dianjurkan oleh syaraโ€™ adalah tidur dengan bertumpu pada bagian kanan tubuh dengan menghadapkan wajah dan tubuh bagian depan ke arah kiblat. Cara ini dirumuskan berdasarkan dengan mengombinasikan jamโ€™u dua hadits di atas, sehingga dengan mengamalkan cara ini berarti kita turut ikut mengamalkan dua hadits yang semuanya bersumber dari Rasulullah ๏ทบ. Wallahu aโ€™lam. Ustadz M. Ali Zainal Abidin, anggota Komisi Fatwa MUI Jawa Timur dan pengajar di Pondok Pesantren Annuriyyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember . 105 234 387 12 491 354 299 15

bolehkah tidur di atas sajadah